Rabu, 28 Juni 2017

PELAJAR YANG TIDAK BIASA

Pelajar yang tidak biasa (exceptional) adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Dahulu istilah ketidakmampuan dan cacat dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu dibedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri.


Para pendidik lebih sering menggunakan istilah “children with disabilities” (anak yang menderita gangguan/ketidakmampuan) ketimbang “disable children” (anak cacat). Tujuannya adalah memberi penekanan pada anakanya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut sebagai “handicapped” (penyandang cacat), walaupun istilah handicapping condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari sesorang yang tidak memiliki kemampuan. Kita akan mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan (disorder) sebagai berikut: Gangguan organ indra (sensory) mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendegaran. Gangguan fisik anak antara lain adalah gangguan ortopedik, seperti gangguan karena cedera di otak, dan gangguan kejang-kejang. Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan ( biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Gangguan bicara dan bahasa antara lain masalah dalam berbicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan bicara) dan problem bahasa (seperti kesulitan menerima informasi dan mengekspresikan bahasa). Ketidakmampuan belajar adalah ketidakmampuan dimana anak (1) punya intelegensi normal atau di atas rata-rata; (2) kesulitan setidaknya dalam satu atau lebih mata pelajaran; dan (3) tidak punya problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah bentuk ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya antara lain: (1) kurang perhatian, (2) hiperaktif; dan (3) impulsif. Gangguan perilaku dan emosional terdiri dari problem serius dan terus-menerus yang berkaitan dengan hubungan , agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosioemosional yang tidak tepat.


Penempatan & Pelayanan
Penempatan anak dengan ketidakmampuan ini disusun dari tempat yang kurang restriktif sampai yang paling restriktif.
-  Kelas reguler dengan dukungan pengajaran tambahan dikelas reguler
- Sebagian waktu dihabiskan diruang sumber daya
- Penempatan full-time dalam kelas pendidikan khusus
- Sekolah khusus
- Instruksi rumah
- Instruksi di rumah sakit atau institusi lain.

Pelayanan untuk anak dapat disediakan oleh: Guru kelas reguler dengan meningkatnya inklusi, guru kelas reguler bertanggung jawab memberikan lebih banyak pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan belajar ketimbang di masa lalu. Guru sumber daya dapat meberikan pelayanan yang bermanfaat bagi banyak anak yang mengalami ketidakmampuan belajar. Guru pendidikan khusus beberapa guru telah memperoleh pelatiahan ekstensif dalam pendidikan khusus dan mengajar anak penderita ketidakmampuan dalam “kelas pendidikan khusus” yang terpisah. Beberapa anak menghabiskan sebagian waktu dengan guru pendidikan khusus dan sebagian di kelas umum. Akan tetapi guru berpendidikan khusus biasanya mengemban tanggung jawab lebih besar atau anak ketimbang guru sumber daya , yang biasanya membantu guru di kelas umum. Pelayanan terkait selain guru kelas reguler, guru sumber daya dan guru pendidikan khusus ada sejumlah personel pendidikan khusus lainnya yang meberikan pelayanan pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan. Konsultasi kolaboratif dan tim interaktif orang dengan berbagai keahlian akan berinteraksi untuk meberikan pelayan bagi anak. Para periset telah menemukan bahwa konsultasi kolaboratif sering kali menguntungkan anak dan meningkatkan keahlian dan sikap mereka terhadap guru.
PENGELOLAAN KELAS

Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Para pakar dalam bidang manajemen kelas melaporkan bahwa ada perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif , pemikiran, dan konstruksi pengetahuan sosial. Tren baru dalam manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada kontrol eksternal atas diri murid. Dalam tren yang lebih menekankan pada pelajar, guru lebih dianggap sebagai pemandu, koordinator dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru bukan mengarah pada mode permisif. Penekanan pada perhatian dan regulasi diri murid bukan berarti guru tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di kelas.

Tujuan dan strategi Manajemen
Manajemen kelas yang efektif punya dua tujuan:
-  Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak dioreintasikan pada tujuan. Carol Weinstein (1997) mendeskripsikan jumlah waktu yang tersedia untuk berbagai aktivitas kelas di sekolah menengah yang biasanya rata-rata 42 menit. Waktu belajar tahunan biasanya sekitar 62 jam, yang kira-kira hanya setengah dari waktu yang diwajibkan. Meskipun angka ini hanya perkiraan, angka-angka itu menunjukkan bahwa jam yang tersedia untuk pembelajaran kurang dari yang seharusnya.
- Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya akan meningkatkan pembelajaran yang berarti, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya problem emosional dan akademik. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat murid sibuk dengan tugas yang menantang. Kelas yang dikelola dengan baik akan memberikan aktivitas di mana murid menjadi terserap ke dalamnya dan termotivasi untuk belajar dan memahami aturan dan regulasi yang harus dipatuhi. Sebaliknya, dalam kelas yang dikelola dengan buruk, problem emosional dan akademik akan lebih mudah muncul. Murid yang tidak termotivasi secara akademik akan menjadi makin tak termotivasi. Murid yang pemalu akan menjadi reklusif. Anak bandel akan makin kurang ajar.

Prinsip Penataan Kelas:

- Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang. Gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku murid, meja guru, dan lokasi penyimapanan pensil, rak buku, komputer, dan lokasi lainnya. Pisahkan area-area ini sejauh mungkin dan pastikan mudah diakses.
- Pastikan bahwa Anda dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas manajemen yang penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk itu, Anda harus bisa melihat semua murid. Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja anda, lokasi intruksional, meja murid, dan semua murid. Jangan sampai ada yang tidak kelihatan.
- Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses. Ini akan meminimilkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
- Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan di mana Anda dan murid Anda akan berada saat presentasi kelas diadakan. Untuk aktivitas ini, murid tidak boleh memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik murid dapat melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi mereka.

Gaya Penataan:
-Gaya auditorum tradisional, semua murid duduk mengahadap guru.
-Gaya tatap muka, murid saling mengahdap 
-Gaya off-set, sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. 
-Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
-Gaya klaster, sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil.
PENDAGOGI DAN ANDRAGOGI

Andragogi

Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip andragogi dengan desain 
pelatihan seperti berikut ini:

-Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan misalnya, perintah tertentu, fungsi, operasi, dan lain-lain.
-Pengajaran harus berorientasi pada tugas yang bermakna, bukan menghafal. Kegiatan belajar harus berada dalam konteks tugas umum yang akan dilakukan.
-Pengajaran harus mempertimbangkan berbagai latar belakang yang berbeda dari peserta didik, bahan belajar dan kegiatan harus memungkinkan berbagai tingkat atau jenis pengalaman sebelumnya.
-Karena orang dewasa cenderung mandiri, pengajaran harus memungkinkan pembelajar menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, memberikan bimbingan dan bantuan ketika ada kesalahan yang dibuat.

Asumsi-asumsi Knowles bagi pembelajaran orang dewasa:

-Kebutuhan untuk tahu. Peserta didik atau pelajar dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari sesuatu sebelum melakukan untuk mempelajarinya.
-Konsep diri. Peserta didik atau pelajar dewasa harus bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri dan harus diperlakukan sebagai diri pribadi yang mampu menentukan arah dirinya.
-Peran pengalaman belajar. Peserta didik atau pelajar dewasa memiliki berbagai pengalaman hidup yang merupakan sumber terkaya baginya untuk belajar. Namun demikian, pengalaman ini diilhami dengan bias dan prasangka.
-Kesiapan untuk belajar. Peserta ddik atau pelajar dewasa siap untuk belajar hal-hal yang perlu mereka ketahui agar dapat mengatasi secara efektif situasi kehidupannya.
-Orientasi belajar. Peserta didik atau orang dewasa termotivasi untuk belajar apabila mereka merasa bahwa materi yang dipelajari akan membantu mereka menjalankan tugas-tugas yang dihadapinya sesuai dengan situasi kehidupan mereka.

Andragogi awalnya didefenisikan sebagai “seni dan ilmu” untuk membantu orang dewasa belajar. Belakangan ini istilah andragogi cenderung didefenisikan sebagai sebuah alternatif untuk pendagogi yang fokusnya mengacu pada pendidikan bagi siswa atau peserta didik dari segala usia. Dari sini jelas, kedewasaan seseoranglah yang menjadi fokus pendekatan, bukan dewasa dalam makna usia atau kategori rentang umur. Model andragogis menegaskan lima isu akan dipertimbangkan dan dibahas dalam pembelajaran formal.

Lima isu itu adalah:

-Memberikan kesempatan kepada peserta didik tahu mengapa ada sesuatu yang penting untuk dipelajari
-Menunjukkan kepada peserta didik bagaimana mengarahkan diri mereka sendiri melalui informasi yang tersedia
-Topik kegiatan belajar terkait pengalaman peserta didik.
-Manusia tidak akan belajar sampai mereka siap dan termotivasi untuk belajar.
-Diperlukan upaya membantu mereka mengatasi hambatan, perilaku, dan keyakinan tentang belajar.

Sayangnya, andragogi biasanya dikutip dalam teks-teks pendidikan sebagai cara orang dewasa belajar. 

Pendagogi

Pedagogi adalah ilmu ataupun seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran, dan edagogi juga terkadang merujuk kepada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya adalah aliran pemikiran Sokrates.Pendagogi diartikan dengan ilmu pendidikan yang lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan, Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak dan mendidik anak.

Pendagogi berarti pendidikan yang menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak. Pendagogi merupakan teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakekat manusia, anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses pendidikan. Pendagogi merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing  anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak.

Karakteristik Pembelajar Dewasa:

-Memiliki maksud yang teridentifikasi.
-Memilki pengalaman sebelumnya, baik positif maupun negtatif, dengan pendidikan diselenggarakan.
-Ingin segera mengambil manfaat dari hasil belajarnya.
-Memiliki konsep-diri secara satu-arah.
-Membawa dirinya dengan reservoir pengalaman.
-Membawa keraguan dan ketakutan yang luas bagi proses pendidikan.
-Sangat kuat pada ketahan perubahan.
-Biasanya diatur.
-Memiliki tujuan yang dewasa.
-Masalah pelajar dewasa yang berbeda dari masalah anak-anak.
-Memiliki sebuah keluarga Mapan.
-Waktu rekasi pembelajar orang dewasa sering lambat.


Popular Posts

Like us on Facebook