Senin, 03 April 2017

BAB 1
PERANGKAT UNTUK MENGAJAR SECARA EFEKTIF

Cara Mengajar yang Efektif
Penguasan Materi Pelajaran – guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel dan memahami materi. Tentu saja pengetahuan subjek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umu.
Strategi Pengajaran – konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivisme juga menekankan pada kolaborasi –anak-anak saling bekerja sama untuk mengetahui dan memahami pembelajaran.
Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Instruksional – guru yang efektif tidak sekedar mengajar dikelas, entah itu dia menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivis. Mereka harus menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan.
Keahlian Manajemen Kelas – guru mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.
Keahlian Motivasional – guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri.
Keahlian Komunikasi – keahlian komunikasi bukan hanya penting untuk mengajar, tetapi juga untuk berinteraksi dengan orang tua murid. Guru yang efektif juga bekerja untuk menigkatkan keahlian komunikasi para murid.
Keahlian Teknologi – guru yang efektif mengembangkan keahlian teknologi dan mengintegrasikan komputer ke dalam proses belajar dikelas. Integrasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan belaar murid, termasuk kebutuhan mempersiapkan murid untuk mecari pekerjaan di masa depan, yang akan sangat membutuhkan keahlian teknologi dan keahlian berbasis komputer

Komitmen dan Motivasi
Komitmen dan motivasi dapat membantu guru yang efektif untuk melewati masa-masa yang sulit dan melelahkan dalam mengajar.guru yang efektif juga punya kepercayaan diri terhadap kemmpuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan emosi mereka.

Pendekatan Riset Ilmiah
Riset ilmiah adalah riset objektif, sistematis, dan dapat diuji. Riset ilmiah preduksi kemungkinan bahwa informasi didasarkan pada keyakinan, opini dan peraaan personal. Riset ilmiah dilandaskan pada metode ilmiah, sebuah pendekatan yang dapat dipakai untuk menemukan informasi  yang akurat.

Metode Riset
Riset Deskriptif – riset ini bertujuan mengamati dan mencatat perilaku. Riset deskriptif tidak dengan sendirinya bia membuktikan apa penyebab dari suatu fenomena, tetapi bisa mengungkapkan informasi penting tentang perilaku dan sikap orang.
Observasi – observasi ilmiah dilakukan dengan cara sistematis. Observasi ini membutuhkan pengetahuan tentang apa yang anda amati, melakukan observasi dengan cara yang tidak mengandung bias, mencatat dan mengelompokkan apa yang anda lihat secara akurat dan menyampaikan hasil observasi anda secara efektif
Observasi Ilmiah – observasi ilmiah dipakai dalam studi yang memfokuskan di percakapan di museum sains anak-anak.
Observasi Partisipan – observasi dimana peneliti-pengamat terlibat aktif sebagai partisipan dalam suatu aktivitas atau tempat tertentu
Wawancara dan Kusioner – kebanykan wawancara dilakukan secara tatap muka, meskipun data juga dilakukan dengan cara lain, seperti secara langsung, melalui surat atau Internet. Kusioner biasanya diberikan kepada individu dalam bentuk tertulis. Wawancara dan observasi yang baik menggunkan pertanyaan yang konkret, spesifik dan tidak mendua dan juga menggunakan beberapa cara untuk mengecek autentisitas jawaban responden.
Tes Standar- tes ini menilai sikap atau keahlian murid dalam domain yang berbeda-beda. Tes-tes ini mempunyai banyak tujuan, antara lain memberikan pengukuran untuk studi riset, informasi yang membantu psikolog dan pendidik untuk membuat keputusan tentang seorang murid, dan membandingkan prestasi murid antarsekolah, antarkota, dan atarnegara.
Studi Kasus – kajian mendalam terhadap individu. Studi kasus sering dipakai ketika situasi yang unik, dalam kehidupan seseorang tidak dapat diduplikasi, entah itu karena alas an praktis maupun etis. Subjek studi kasus adalah unik, dengan susunan genetic dan pengalaman yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Studi Etnografik – studi ini adalah deskripsi mendalam dan interpretasi terhadap perilaku dalam satu etni atau kelompok cultural.tipe studi ini menggunakan observasi di setting alam dan wawancara.

Tantangan Riset
Etika – ahli psikologi harus berhati-hati dalam memastikan kesehatan dan keamanan anak yang berpatisipasi dalam studi riset. Sebelum riset dilakukan di sekolah, seorang administrator atau komite administrative akan mengevaluasi rencana risetnya dan menetukan apakah riset itu bermanfaat bagi sekolah atau tidak. Bahkan jika keluarga mengizinkan anak berpatisipasi dalam studi riset, jika anak itu tidak mau, maka keinginan si anak itu harus dihargai.
Gender – banyak pakar gender percaya bahwa banyak pendidikan dan riset mengandung bias gender. Periset pendidikan menyatakan bahwa  sudah lama perempuan diposisikan dibawah lelaki.

Etika dan Kultur – secara historis, anak etnis minoritas diabaikan dalam riset atau sekedar dianggap sebagai variasi dari norma atau kelaziman. Karena anak etnis minoritas diabaikan dalam riset sekian lama, maka ada kemungkinan lebih banyak variasi dalam kehidupan anak di dunia rill ketimbang yang ditunjukkan oleh studi riset di masa lalu. Secara historis, peneliti mempelajari dari kelompok etnis minoritas, mereka memfokuskan pada problemnya. Adalah penting untuk mempelajari problem-problem seperti kemiskinan yang dialami kelompok minoritas, tetapi juga penting untuk mengkaji kemungkinan kekuatannya, seperti kebanggan, harga diri, keahlian memecahkan masalah, dan sistem dukungan keluarga besar. Untungnya, sekarang muncul pandangan yang lebih pluralistic terhadap masyarakat kita dan para peneliti makin banyak yang meneliti dimensi positif dari kelompok etnis minoritas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Like us on Facebook