BAB
1
PERANGKAT
UNTUK MENGAJAR SECARA EFEKTIF
Cara Mengajar yang Efektif
Penguasan Materi Pelajaran – guru yang efektif harus berpengetahuan,
fleksibel dan memahami materi. Tentu saja pengetahuan subjek materi bukan hanya
mencakup fakta, istilah, dan konsep umu.
Strategi Pengajaran – konstruktivisme menekankan agar individu secara
aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivisme juga
menekankan pada kolaborasi –anak-anak saling bekerja sama untuk mengetahui dan
memahami pembelajaran.
Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Instruksional – guru yang
efektif tidak sekedar mengajar dikelas, entah itu dia menggunakan perspektif
tradisional atau konstruktivis. Mereka harus menentukan tujuan pengajaran dan
menyusun rencana untuk mencapai tujuan.
Keahlian Manajemen Kelas – guru mampu menjaga kelas tetap aktif bersama
dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif membangun dan
mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.
Keahlian Motivasional – guru yang efektif punya strategi yang baik untuk
memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid
untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri.
Keahlian Komunikasi – keahlian komunikasi bukan hanya penting untuk
mengajar, tetapi juga untuk berinteraksi dengan orang tua murid. Guru yang
efektif juga bekerja untuk menigkatkan keahlian komunikasi para murid.
Keahlian Teknologi – guru yang efektif mengembangkan keahlian teknologi
dan mengintegrasikan komputer ke dalam proses belajar dikelas. Integrasi ini
harus disesuaikan dengan kebutuhan belaar murid, termasuk kebutuhan
mempersiapkan murid untuk mecari pekerjaan di masa depan, yang akan sangat
membutuhkan keahlian teknologi dan keahlian berbasis komputer
Komitmen dan Motivasi
Komitmen dan motivasi dapat membantu guru yang efektif untuk melewati
masa-masa yang sulit dan melelahkan dalam mengajar.guru yang efektif juga punya
kepercayaan diri terhadap kemmpuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi
negatif melunturkan emosi mereka.
Pendekatan Riset Ilmiah
Riset ilmiah adalah riset objektif, sistematis, dan dapat diuji. Riset
ilmiah preduksi kemungkinan bahwa informasi didasarkan pada keyakinan, opini
dan peraaan personal. Riset ilmiah dilandaskan pada metode ilmiah, sebuah
pendekatan yang dapat dipakai untuk menemukan informasi yang akurat.
Metode Riset
Riset Deskriptif – riset ini bertujuan mengamati dan mencatat perilaku.
Riset deskriptif tidak dengan sendirinya bia membuktikan apa penyebab dari
suatu fenomena, tetapi bisa mengungkapkan informasi penting tentang perilaku
dan sikap orang.
Observasi – observasi ilmiah dilakukan dengan cara sistematis. Observasi
ini membutuhkan pengetahuan tentang apa yang anda amati, melakukan observasi
dengan cara yang tidak mengandung bias, mencatat dan mengelompokkan apa yang
anda lihat secara akurat dan menyampaikan hasil observasi anda secara efektif
Observasi Ilmiah – observasi ilmiah dipakai dalam studi yang memfokuskan
di percakapan di museum sains anak-anak.
Observasi Partisipan – observasi dimana peneliti-pengamat terlibat aktif
sebagai partisipan dalam suatu aktivitas atau tempat tertentu
Wawancara dan Kusioner – kebanykan wawancara dilakukan secara tatap
muka, meskipun data juga dilakukan dengan cara lain, seperti secara langsung, melalui
surat atau Internet. Kusioner biasanya diberikan kepada individu dalam bentuk
tertulis. Wawancara dan observasi yang baik menggunkan pertanyaan yang konkret,
spesifik dan tidak mendua dan juga menggunakan beberapa cara untuk mengecek
autentisitas jawaban responden.
Tes Standar- tes ini menilai sikap atau keahlian murid dalam domain yang
berbeda-beda. Tes-tes ini mempunyai banyak tujuan, antara lain memberikan
pengukuran untuk studi riset, informasi yang membantu psikolog dan pendidik
untuk membuat keputusan tentang seorang murid, dan membandingkan prestasi murid
antarsekolah, antarkota, dan atarnegara.
Studi Kasus – kajian mendalam terhadap individu. Studi kasus sering
dipakai ketika situasi yang unik, dalam kehidupan seseorang tidak dapat
diduplikasi, entah itu karena alas an praktis maupun etis. Subjek studi kasus
adalah unik, dengan susunan genetic dan pengalaman yang tidak dimiliki oleh
orang lain.
Studi Etnografik – studi ini adalah deskripsi mendalam dan interpretasi
terhadap perilaku dalam satu etni atau kelompok cultural.tipe studi ini
menggunakan observasi di setting alam dan wawancara.
Tantangan Riset
Etika – ahli psikologi harus berhati-hati dalam memastikan kesehatan dan
keamanan anak yang berpatisipasi dalam studi riset. Sebelum riset dilakukan di
sekolah, seorang administrator atau komite administrative akan mengevaluasi
rencana risetnya dan menetukan apakah riset itu bermanfaat bagi sekolah atau
tidak. Bahkan jika keluarga mengizinkan anak berpatisipasi dalam studi riset,
jika anak itu tidak mau, maka keinginan si anak itu harus dihargai.
Gender – banyak pakar gender percaya bahwa banyak pendidikan dan riset
mengandung bias gender. Periset pendidikan menyatakan bahwa sudah lama perempuan diposisikan dibawah
lelaki.
Etika dan Kultur – secara historis, anak etnis minoritas diabaikan dalam
riset atau sekedar dianggap sebagai variasi dari norma atau kelaziman. Karena
anak etnis minoritas diabaikan dalam riset sekian lama, maka ada kemungkinan
lebih banyak variasi dalam kehidupan anak di dunia rill ketimbang yang
ditunjukkan oleh studi riset di masa lalu. Secara historis, peneliti
mempelajari dari kelompok etnis minoritas, mereka memfokuskan pada problemnya.
Adalah penting untuk mempelajari problem-problem seperti kemiskinan yang
dialami kelompok minoritas, tetapi juga penting untuk mengkaji kemungkinan
kekuatannya, seperti kebanggan, harga diri, keahlian memecahkan masalah, dan
sistem dukungan keluarga besar. Untungnya, sekarang muncul pandangan yang lebih
pluralistic terhadap masyarakat kita dan para peneliti makin banyak yang
meneliti dimensi positif dari kelompok etnis minoritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar